Sejarah Mula Ayam Tembaga Di Sibeybu Desa Langkuru Utara Kecamatan Pureman Kabupaten Alor
DOI:
https://doi.org/10.37216/afada.v3i1.2074Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji asal-usul dan peran Ayam Tembaga di Desa Langkuru Utara, Kecamatan Pureman, Kabupaten Alor, berdasarkan tradisi lisan masyarakat setempat, serta mengaitkannya dengan pandangan ilmiah. Ayam Tembaga, unggas lokal dengan bulu menyerupai logam tembaga, merupakan fenomena unik yang belum sepenuhnya dapat dijelaskan secara ilmiah. Menurut Anwar (2024), fenomena biomineralisasi—proses biologis di mana organisme menghasilkan struktur mineral anorganik—berpotensi terjadi pada unggas ini, meskipun sangat jarang. Dalam konteks budaya, Koentjaraningrat (1971) menjelaskan bahwa hewan peliharaan seperti Ayam Tembaga sering kali memiliki nilai spiritual atau simbolik dalam masyarakat tradisional Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap tokoh masyarakat untuk menggali tradisi lisan dan kepercayaan lokal. Hasilnya menunjukkan bahwa Ayam Tembaga tidak hanya memiliki nilai budaya, tetapi juga menjadi simbol dalam penamaan wilayah seperti Sibeimang, Watmaney, dan Moybagul. Fenomena transformasi ayam menjadi tembaga pasca kebakaran di Sibeybu diinterpretasikan sebagai simbol sakral yang dihormati oleh masyarakat setempat. Selain itu, keberadaan Ayam Tembaga mencerminkan pentingnya unggas lokal dalam melestarikan keragaman genetik (Basar) dan mendukung ekonomi pedesaan (Daryanto). Penelitian ini mengungkap hubungan erat antara tradisi lisan, budaya lokal, dan pendekatan ilmiah, sekaligus menegaskan peran Ayam Tembaga sebagai aset budaya dan genetik yang bernilai tinggi. Studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pelestarian unggas lokal Indonesia dan memperkuat identitas budaya masyarakat.