Epistemology Sintesisme Empirisisme-Rasionalisme Immanuel Kant dan Implikasinya Bagi Ilmu-ilmu Sosial Keagamaan
DOI:
https://doi.org/10.37216/fikroh.v6i1.705Keywords:
Filsafat Rasional, Filsafat Empiris, Filsafat Kritis, A Priori, Aposteriori, Truth ClaimAbstract
Jejak Aufklarung mengiringi kehidupan Immanuel Kant pada abad ke18. Disebut Aufklarung (Inggris: Enlightenment), karena manusia mulai sadar, bahwa sumber kebenaran atau pengetahuan tidak hanya didapatkan dari otoritas institusi gereja, masjid, kelompok-kelompok keagamaan atau orang-orang bijak, melainkan kebenaran dapat ditemukan bagi mereka yang menyadari kesalahan (pengalaman), kemudian memulai aktifitas berfikir. Pengabungan dua macam tesis inilah yang membuat Immanuel Kant terkenal sebagai seorang flosof dengan manifestasi filsafat kritisnya. Menurut Kant, condong kepada salah satu saja dari metode mencari sumber kebenaran antara Empirisme atau Rasionalisme, maka akan terjerumus dalam kelemahan pengetahuan. Oleh karena itu, untuk menemukan kepastian itu, Kant menawarkan dua buah rumusan yang disebut a priori dan aposteriori yang akan disintesiskan menjadi suatu rumusan yang saling melengkapi. Kajian mengenai dua hal ini menjadi kajian yang menarik untuk didiskripsikan dan bagaimana pula apabila dikaitkan dengan kehidupan sosial-keagamaan.
References
Abdullah, M. Amin. The Idea of Universality of Ethical Norms in Ghazali and Kant. Terj, Hamzah. Bandung: Mizan, 2002
Bertrand Russel. Sejarah Filsafat Barat. Terj, Sigit Jatmiko dkk. Yoyakarta: Pustaka Pelajar. 2004
Roswantoro, Alim. ”Logika Transendental Kant dan Relevansinya Bagi Humanitas Kontemporer” dalam Zubaidi dkk. (ed). Filsafat Barat: Dari Logika Baru Rene Deskartes Hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup, 2007
Tjahjadi, Lili. Hukum Moral: Ajaran Immanuel Kant tentang Etika dan Imperatif Katagoris. Yogyakarta: Kanisius. 2001