Prilaku Pacaran Remaja Yang Berorientasi Seksual Dengan Latar Belakang Budaya Siri’
DOI:
https://doi.org/10.37216/fikroh.v7i1.972Keywords:
Islam, Makassar, Pacaran, Budaya Siri’Abstract
Dalam kehidupan modern, pacaran ini biasanya mulai muncul pada masa awal pubertas. Perubahan hormon dan fisik membuat kita mulai tertarik pada lawan jenis. Proses saling menyayangi antara dua manusia dengan jenis kelamin yang berbeda merupakan proses mengenal, memahami dan sekaligus belajar membina hubungan dengan lawan jenis sebagai persiapan sebelum menikah untuk menghindari terjadinya ketidakcocokan dan permasalahan pada saat sudah menikah. Masing-masing berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta reaksi-reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa. Pacaran berarti upaya untuk mencari seorang teman dekat dan di dalamnya terdapat hubungan belajar mengkomunikasikan kepada pasangan, membangun kedekatan emosi, dan proses pendewasaan kepribadian. Pacaran biasanya dimulai dengan membuat janji, dating lalu bikin komitment tertentu dan apabila di antara remaja ada kecocokan maka akan dilanjutkan dengan berpacaran. Pada banyak kasus hubungan antar remaja di Indonesia, pacaran acapkali menimbulkan hubungan seksual di luar pernikahan. Oleh masyarakat Makassar, permasalahan pelanggaran dalam pacaran diatasi dengan menerapkan Budaya Siri’.
References
Adiyanti, M. G. 2000. Model Penanganan Masalah Non-Akademik di Sekolah Dasar. Laporan Penelitian.Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakart a: Pustaka Pelajar.
Berndt, T. J. 1992. Child Development. New York: Holt Rinehart and Winston, Inc.Berk, L. E. 2001. Child Development (5thed).New York: Allyn & Bacon.
Colman, A. M. 2001. A Dictionary of Psychology. New York: Oxford University Press.
Coopersmith, S. 1969. The Antecedent of Self Esteem. California: University of California Psychology. 99, Vol. 76, No. 3, 498-510.
Drost, S. J. 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik? Yogyakarta: Penerbit Kanisius.ed). New York: Harper & Row Publisher.
Goleman, D. 2002. Emotional Intelligence . Kecerdasan Emosi Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. Terjemahan Hermaya, T. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, S. 1995. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Hurlock, E. B. 1985. Child Development. Tokyo: McGraw - Hill, Kogakusha Ltd
--------. 1996. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Miller, P. J. E., Caughlin, J. P. & Huston, T. 2003. Trait Expressiveness and Marital Satisfaction: The Role of Idealization Processes. Journal of Marriage and The Family. Vol. 65,978 - 995.
Santrock, J. W. 1999. Life- Span Development. New York: McGraw-Hill College.
Shapiro. L. 2001. Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. Terjemahan: Alex, T.W. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Suburiah Aan Hikmah, Nuh. Ihsan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.