UNGKAPAN IMAN DAN TAQWA (Analisis Filsafat L. Wittgenstein Periode II).docx
DOI:
https://doi.org/10.37216/tarbawi.v2i2.147Keywords:
Iman, Taqwa, Makna dan BahasaAbstract
Sebuah kata akan bermakna ketika berada dalam kalimat. Sebuah kalimat akan bernilai jika dalam bahasa dan bahasa akan bermanfaat serta bisa dipahami bila dipakai dalam kehidupan. Menurut L.Wittgenstein bahwa bahasa, setiap kata atau kalimat bisa bermakna manakala mampu mencerminkan aturan-aturan yang terdapat dalam setiap konteks kehidupan manusia itu sendiri.
Tulisan ini mengulas tentang kebermaknaan kata iman dan taqwa berbagai konteks yaitu konteks bahasa dan istilah, al-Qur’an dan Hadist, khotbah, slogan dan kehidupan sehari-hari menurut thesis pokok L. Wittgenstein periode II. Menurut bahasa iman bermakna membenarkan, sedangkan taqwa bermakna takut. Dalam masa pra-Islam, iman bermakna membenarkan dan taqwa berarti takut. Sedangkan dalam al-Quran, iman bermakna membenarkan dan menerima syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun taqwa bermakna takut, taqwa menjadi ukuran kemuliaan, berani, dan orangnya bercirikan dengan percaya kepada yang gaib, kitab, hari akhir, mendirikan shalat, berzakat, dan berpuasa. Sedangkan dalam Hadits, makna iman adalah kesabaran, toleransi, lebih cinta kepada Nabi Muhammad SAW daripada anak dan orang tua sendiri, dan orang yang bisa dipercaya. Sedangkan taqwa bermakna takut, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Intinya, Kata iman dan taqwa ini akan memiliki makna yang berbeda ketika berada dalam konteks yang berbeda.”